- Back to Home »
- Surat Cinta »
- Edisi Surat Untuk Titik Tiga @2014
Posted by : Unknown
Sabtu, 13 Juni 2015
Abdullah
As-Sundawy
( Abu
Uways As-Sundawy As-Salafy )
Bismillahirrahmanirrahim…
Teriring do’a dan harapan semoga Ukhty disebrang sana selalu
berada dalam naungan rahmat ilahiyyah, keridhoan rabbaniyyah, dan maghfirrah
yang selalu menyertai jejak langkah perjuangan anti dalam meniti titian dakwah
yang tak berujung…
Ukhty…
Sebelumnya ana minta maaf yang takterbatas pada tirakat lisan
saja, Namun jua dengan segenap hati yang hanya allah saja yang mengetahui
“niat” seseorang dalam menyampaikan maksud dan tujuan yang terbaik menurut
versi Allah Subhanahu Wa Ta’alaa bukan menurut ana maupun menurut Ukhty selaku
insan biasa yang telah diembankan amanah untuk menjadi khalifah Allah di bumi
yang kita pijak saat ini...
Ukhty…
Mungkin untaian kata maaf saja, atau hanya sekedar manisnya
kata yang terucap yang terangkai begitu rapihnya dalam skema lisan seorang
ikhwan untuk hanya sekedar menjadikan luluh atau bahkan terfitnahnya seorang
Akhwat yang kemudian menjerat keduanya kedalam rasa yang salah. Rasa yang
menjadikan keduanya terpenjara dalam trali besi kemaksiatan yang diharamkan
Allah ( Waiyyadzubillah ) Semoga tidak ada sedikitpun Niat ana untuk
menghancurkan iffahnya seseorang Mar’ah dalan majelis Keistiqamaahn yang sedang
di genggamnya…
Ukhty…
Ada sebuah perkataan dari Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah yang
patut kita ambil hikmah darinya : “
Barangsiapa yang seluruh kekuatan cintanya ditunjukan untuk Dzat yang paling
dicinta lagi tertinggi, Menganggap kecintaan kepada selain-Nya sebagai suatu
kebathilan dan adzab, maka niscaya dia kan memalingkan cintanya dari selainnya.
Kalaupun mencintai selainnya, maka hal itu didasari cinta karenanya; atau
disebabkan sesuatu itu sebagai sarana untuk mendekatkan kepada rabbnya dalam
mencintainya; atau dikarenakan ia adalah pemutus dari perkara perkara yang di
haramkan Allah Subhaanahu Wa Ta’alaa”
Ukhty…
Dapatkah anti mengambil hikmah dari perkataan indah seorang
imam yang jauh lebih dahulu merasakan manis dan pahitnya cinta itu? Yah
dikatakan cinta itu manis semanis madu atau lebih dari itu jika cinta kita
berlandaskan keimanan dan ketaqwaan kepada sang maha pemilik cinta, atau
sebaliknya bisa jadi dikatakan pahit sepahit empedu atau lebih dari itu jika
gerbang kehancuran lah yang kita tuju dalam Merealisasian cinta!!! ( Allahu
Musta’an )
Ukhty…
Tahukan anti???... ternyata cinta itu fitrah, hal yang
berkaitan dengan fitrah itu tak akan pernah bisa hilang dalam diri seorang
insan. Jika Fitrah itu di arahkan kejalan yang benar lagi diridhoi in sya.allah
keselamatan dan ketentraman hatilah yang akan diperoleh darinya, fitrah cinta
yang selalu dijaga dan terjaga dari hal hal yang akan merusak kesucian fitrah itu jauh lebih mulia di hadapan allah
dari pada mengumbarkan cinta sekalipun itu fitrah!!! Yang jadi pertanyaan
apakah boleh kita mencintai dan berharap menjadi kekasih halalnya jika itu
memang fitrahnya manusia sebagai insan yang memilki rasa???...
Ukhty…
Sesungguhnya Allah ‘Azza Wa jalla lebih mengetahui tentang apa
yang ada dalam hati kita disebutkan dalam surat Qaf ayat ke-16 bahwasanya Allah
‘Azza Wa jalla berfirman : “ Dan sungguh kami telah menciptakan manusia dan
mengetahui apa yang dibisikan hatinya, dan kami lebih dekat kepada-Nya daripada
urat lehernya”. Sungguh memang maha besar Allah dengan segala karunia yang
diberikan kepada setiap makhluknya, tidak ada satupun yang luput dari
penglihatan, pendengaran dan pengawasan Allah ‘Azza Wa Jalla. Termasuk dengan
permasalahan hati kita; siapa yang tahu apa yang anti sedang rasakan, apa yang
sedang ana rasakan saat ini kecuali Allah ‘Azza Wa Jalla sajalah yang
mengetahui baik buruknya. Hasbunallah wa Ni’mal Wakiil__
UKhty…
Syaik Abdul mahfudz bin Ahmad al-Kaluwadzani Rahimahullah
sorang ulama terkemuka dari madzhab hanbali pernah ditanya tentang : “apakah
yang harus dilakukan seorang pria yang dimanapun, kapanpun hatta tatkala sedang
menunaikan ‘ibadah shalat, dia selalu terbayangkan wajah wanita jelita yang
selalu terlintas dalam pikirannya???...
Maka syaikh rahimahullah menjawab : “ sesungguhnya wanita yang
telah menimbulkan “FITNAH” dalam
ibadahnya, adalah gadis pemalu yang cantik, baik akhlaknya dan luhur budi
pekertinya sehingga pemuda tersebut tertarik kepadanya. Namun, jika dia
bertaubat dan meneruskan ibadahnya serta selalu senantiasa BerIstiqamah di
dalam kebaikan niscaya rahmat dan Maghfirah Allah senantiasa meliputi pemuda
tersebut”
Ukhty…
Sesungguhnya kesalahan masa lalu kita sudah jelas termaktub
rapih dalam catatan amal baik dan buruk kita di ‘iliyyin dan sijjin ( Waiyya
dzubillah ) namun, tatkala Imam ghazali ditanya oleh salah seorang muridnya
perihal sesuatu hal yang paling jauh dan paling dekat dengan kita maka Imam
ghazali rahimahullah menjawab “masa lalu dan kematian” sudahlah kita ambil
hikmah dari kehidupan masalalu kita, dan optimis melangkah kedepan untuk
mempersiapkan kematian yang entah kapan akan tiba masanya!!! Bukankah dalam
hadist disebutkan kebaikan itu menghapus kesalahan-kesalahan kita? Kebaikan
yang di dawwamkan, kebaikan yang di istiqamahkan meskipun seuatu hal baik yang
kecil… bagaimanapun A’id al-Qarni rahimahullah mengatakan dalam bukunya “Laa
Tahzan” bahwa kita hanya akan hidup hari ini saja bukan kemarin yang sudah
berlalu, usang dan mati, ataupun esok hari yang masih misteri dan
fatamorgana!!! Allahu akbar, allahu akbar…
Ukhty…
Laa tahzanii yaa ukhty fillah, engkau adalah sebaik-baiknya
mar’ah jika engkau sanggup beriffah dan senantiasa istiqamah, engkau adalah semuliyanya
wanita jika engkau sanggup bersabar dalam mengemban misi dakwah ini,engkau
adalah sebaikbaiknya generasi ghuraba jika engkau tetap berada dalam sunnah
salafusshaalih, engkau yah engkau adalah insan pilihan allah yang telah di
berikan semua amanah itu, untuk engkau jaga dan engkau bagikan ilmunya kepada
akhwat yang tidak seberuntung anti, allahu musta’an yaa rabbi ij’alhaa
minasshaabiraat…
Ukhty…
Ada yang berkata : “ Menahan pandangan lebih ringan
dibandingkan menahan hati dari memikirkan hal yang semu yang berujung
penyesalan yang terus berlangsung”. Andaikan kemaksiatan itu memiliki ratusan
atau ribuan pintu maka salah satu dari pintu kemaksiatan itu adalah “bisikan
jiwa”. Yah bisikan jiwa yang permasalahannya lebih rumit karena ia merupakan pintu
pembuka gerbang kebaikan dan keburukan. Bisikan jiwa melahirkan keinginan dan
tekad. Maka dari itu, barang siapa yang sanggup menjaga bisikan jiwanya niscaya
ia mampu mengendalikan diri dan mengekang hawa nafsunya dari hal-hal yang di
haramkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’alaa.
Sebaliknya Ukhty Fillah… siapa yang dikalahkan oleh bisikan
jiwanya pastilah ia akan tunduk kepada jiwa dan hawa nafsunya. Bahkan
barangsiapa yang meremehkan bisikan jiwanya maka bisikan tersebut akan
menggiringnya secara paksa menuju kebinasaan. Sungguh bisikan itu akan
senantiasa mendatangi hati sehingga menjadi angan-angan semu.
Ukhty…
Tahukah engkau bahwa manusia yang paling rendah tekad dan
jiwanya adalah orang yang lebih meridhai angan-angan semu dibandingkan
kenyataan. Ia mengambil angan-angan semu tersebut dan menjadikannya hiasan.
Padahal. Demi Allah, itu merupakan modal bagi orang-orang yang bangkrut
dagangannya, galau hatinya, kosong jiwanya serta menjadikan dirinya merasa
cukup dengan khayalan dan angan-angan belaka dari pada realita dan kenyataan.
Sungguh angan-angan yang paling indah jika ia menjadi
kenyataan, namun jika tidak, maka sungguh kita pernah hidup bahagia dengannya
pada suatu masa saja tidak lebih hanya sekedar fatamorgana dalam oase khayalan
yang tinggi.
Ukhty…
Keinginan-Mu, Keinginan ana pribadi, dan keinginan semua orang
adalah sama. Yaitu menginginkan pasangan yang terbaik untuk dirinya kelak!
Tapi… kapankah detik detik sakral itu akan datang? Dengan siapakah kita
berjodoh? Seperti apa kondisi seseorang yang akan menjadi suami/istri kita
kelak? Haruskah kita mencarinya atau dia akan datang dengan sendirinya seperti
paket yang kita pesan, yang bedanya untuk masalah jodoh kita langsung pesan
hanya kepada Allah? Haruskah kita menanti atau berharap untuk seseorang yang
belum pasti dia berjodoh dengan kita kelak? Haruskah…haruskah aaahhh…blab la
bla ( Nastaghfirullah Wa Natuubu Ilaihi )
Ukhty…
Sesungguhnya bukanlah sebuah angan-angan jika ditunjukan
dengan keseriusan yang pasti, keseriusan yang bukan hanya di lafalkan melalui
janji ataupun mendatangi wali. Namun, kita teringat pada sebuah hadist dari abu
hurairah bahwasannya rasulullah shallallahu ‘alahi wassallam bersabda :
“Berdo’alah kepada Allah dengan keyakinan bahwa do’a kalian akan terkabul,
sesungguhnya Allah tidak mengabulkan do’a dari hati yang lalay dan tidak serius
( HR. Al Hakim fii kitab al-Mustadrak )
Serius ya serius berdo’a dan menggantungkan semua harapannya
hanya kepada Allah saja. Mengikhtiyarkan diri di jalan yang sesuai dengan
syari’at dengan terus mempersiapkan diri agar layak menjadi seorang pendamping
yang baik di mata Allah.
Ukhty…
Kita Serahkan semuanya kepada Allah saja!!! Bagaimanapun hasil
yang kita dapatkan melalui ikhtiyar yang benar in sya.allah itu merupakan jalan
dan cara yang terbaik yang kita peroleh, serta sepertiapapun kondisi pasangan
kita kelak dengan kuatnya Do’a dan harapan yang kita panjatkan serta penantian
di penghujung Asa in sya.allah dialah pasangan yang terrrrrbaaik dari Allah
untuk kita. In sya.Allah :’)
Ukhty…
Dalam kitab sunan ibnu majah ana menemukan sebuah hadist yang
diriwayatkan secara marfu dari al-Hakim yang artinya ; “Tidak pernah ditemukan
pada dua orang yang saling mencintai sesuatu hal yang lebih indah dari
pernikahan”. Menikahi orang yang dicintai merupakan obat kasmaran, Allah
menjadikan pernikahan sebagai obat mabuk asmara, baik secara Takdir maupun
syari’at.
Ada hadist yang menarik yang yang diriwayatkan oleh Iman
Bukhari yang tertulis dalam kitab az-Zuhd karangan Imam Ahmad rahimakumullah
menjelaskan bahwa rasulullah bersabda : “ aku bisa menahan diri dari makanan
dan minuman, namun tidak bisa menahan diri dari wanita”
Musuh-musuh Allah, diantaranya kaum yahudi, hasad kepada
rasulullah dalam hal ini. Mereka berkata; “ keinginan rasulullah hanya menikah!!”
maka dari itu, Allah Subhanahu Wa Ta’alaa membela Rasulnya dan berfirman dalam
surat An-Nisaa’ ayat 54. Bisa dilihat sendiri dengan tafsir sebgai berikut;
Bukan kah nabi Ibrahim Shallallahu ‘alaihi wasallam seorang
pemimpin dari orang-orang hanif; disisinya beliau terdapat sarah, wanita
tercantik di dunia, namun beliau juga mencintai hajar?.
Lihatlah nabi dawud ‘alahis salam pemilik 99 wanita, namun
beliau masih mencintai seorang lagi; lalu menikahinya sehingga sempurnalah
seratus wanita?
Kemudian nabi Sulaiman yang menggilir 90 istrinya dalam satu
malam ( HR. Muslim )
Dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya
tentang manusia yang paling dicintainya. Beliaupun menjawab; “Aisyah” dan
diriwayat lain beliaupun berkata tentang Khadijah: “aku diberi rizki berupa
kecintaan terhadapnya” ( HR. Bukhari )
Bukan kah mereka itu kesemuanya para wanita shalihat? Yang
sanggup mencairkan kebekuan di dalam rongga dada seorang ikhwan… yang sanggup
melunakan kekerasan yang menjadi karakter tabi’at seorang ikhwan
ma’rufnya!!!...
Ukhty…
Mencintai wanita bagi ikhwan termasuk kesempurnaan seorang
manusia. Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhumaa berkata : “ sebaik-baik ummat ini
adalah yang paling banyak istrinya” ( HR. Bukhari ) maksudnya rasa cinta
terhadap lawan jenis termasuk kedalam kategori fitrah insaniyyah, merupakan hal
yang wajar jika seorang ikhwan mencintai seorang akhwat yang disukainya…
Dalam surat an-nisaa’ ayat ke-3 Allah berfirman; “ maka
nikahilah perempuan yang kamu sukai ( senangi )… “ dasar ayat inilah yang
memperkuat fitrah cinta bagi kaum adam yang konteks tafsir ayatnya terkandung
makna selektifitas dalam memilih pasangan hidup. Maksudnya, jika engkau
menyenangi seorang perempuan karena kecantikan fisik, akhlak, agama, nasab dan
apapun yang membuatmu tentram tatkala memandanginya maka halalkanlah (
Nikahilah ) iya, dalam artian nikahilah seseorang yang kamu “senangi” bukan
sebaliknya… Wallahu a’lam bis Shawaab.
Ada kisah yang menarik yang pernah dilakukan Nabi shallallahu
‘alihi wasallam, beliau pernah menolong seorang pria yang tengah kasmaran agar
wanita yang dia cintainya mau menikah dengannya, tetapi wanita tersebut
menolak. Hal ini terjadi pada kisah Mughits dan Barirah. Suatu ketika, Nabi
melihat Mughits berjalan sambil mengucurkan air matanya di belakang barirah
setelah keduanya berpisah. Makan nabipun bertanya kepada Barirah: “maukah kau
menikah dengannya?” “Apakah engkau memberi perintah kepadaku , wahai
Rasulallah?” Tanya Barirah. “Tidak!!!, aku hanya sekedar memberi saran,” jawab
rasulallah. “ Aku tidak mencintainya dan tidak membutuhkannya lagi” tegas
Barirah.
Setelah kejadian itu, rasulullah berkata kepada pamannya:
“Wahai ‘Abbas, Tidakkah kau heran dengan kecintaan Mughits kepada Barirah?;
padahal Barirah sangat membencinya? ( Shahih Bukhari no.5280 )
Rasulullah tidak mengingkari kecintaan Mughits kepada Barirah
meskipun dia sudah berpisah dengannya. Sebab, rasa cinta tersebut bukanlah
perkara yang dapat di kendalikan oleh Mughits.
Semoga kita dapat mengambil Hikmah dari kisah tersebut,
intinya adalah Allah menjadikan wanita sebagai sumber ketentraman pria. Hatinya
cenderung dan merasa tentram bersamanya sehingga Allah menghadirkan cinta yang
murni diantara keduanya, yaitu cinta dan yang dibarengi dengan kasih sayang.
Bukankah Allah berfirman dalam surah Ar-Ruum ayat ke 21 yang berbunyi : “ Dan
diantara tanda-tanda kekuasaanya ialah dia menciptakan untukmu istri-istri dari
jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan
dijadikanya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian
itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir”
Ukhty…
Barang siapa yang sedang kasmaran kemudian ia menjaga
kehormatan dirinya ( beriffah ) maka sesungguhnya hal itu lebih menyelamatkan
dirinya dari kehancuran dan kebinasaan.
Ukhty…
Sesungguhnya bibir ini terlampau kelu untuk mengatakan perihal
yang sebenarnya yang diinginkan hati ini. Namun, apa daya diri ini hanyalah
seorang insan biasa yang tak pernah luput dari kesalahan hati dan rasa, menolakpun
hanya menyisakan sebuah luka dihati yang tak kunjung terobati kecuali teringat
nama di balik nama yang sering ku selipkan di balik untayan do’a pengharapan
yang terus berlanjut menyisakan sebuah penantian di balik penantian yang
membutuhkan sebuah kepastian hati untuk melangkah ke jenjang yang lebih Allah
ridhai…
( Ya Allah Innii as.aluka hubbaka wa hubba man yuhibbuka )
Ya Rabbii sesungguhnya aku menginginkan cinta darimu dan cinta
dari orang-orang yang mencintaimu…
Wassalamu’alaykum warahmatullahi wa barakaatuh…
Yang menanti sebuah
jawaban dan kepastian…