Popular Post

Posted by : Unknown Sabtu, 13 Juni 2015


Abdullah As-Sundawy
( Abu Uways As-Sundawy As-Salafy )
Bismillahirrahmanirrahim…
Teriring do’a dan harapan semoga Ukhty disebrang sana selalu berada dalam naungan rahmat ilahiyyah, keridhoan rabbaniyyah, dan maghfirrah yang selalu menyertai jejak langkah perjuangan anti dalam meniti titian dakwah yang tak berujung…
Ukhty…
Sebelumnya ana minta maaf yang takterbatas pada tirakat lisan saja, Namun jua dengan segenap hati yang hanya allah saja yang mengetahui “niat” seseorang dalam menyampaikan maksud dan tujuan yang terbaik menurut versi Allah Subhanahu Wa Ta’alaa bukan menurut ana maupun menurut Ukhty selaku insan biasa yang telah diembankan amanah untuk menjadi khalifah Allah di bumi yang kita pijak saat ini...
Ukhty…
Mungkin untaian kata maaf saja, atau hanya sekedar manisnya kata yang terucap yang terangkai begitu rapihnya dalam skema lisan seorang ikhwan untuk hanya sekedar menjadikan luluh atau bahkan terfitnahnya seorang Akhwat yang kemudian menjerat keduanya kedalam rasa yang salah. Rasa yang menjadikan keduanya terpenjara dalam trali besi kemaksiatan yang diharamkan Allah ( Waiyyadzubillah ) Semoga tidak ada sedikitpun Niat ana untuk menghancurkan iffahnya seseorang Mar’ah dalan majelis Keistiqamaahn yang sedang di genggamnya…
Ukhty…
Ada sebuah perkataan dari Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah yang patut kita ambil hikmah darinya :  “ Barangsiapa yang seluruh kekuatan cintanya ditunjukan untuk Dzat yang paling dicinta lagi tertinggi, Menganggap kecintaan kepada selain-Nya sebagai suatu kebathilan dan adzab, maka niscaya dia kan memalingkan cintanya dari selainnya. Kalaupun mencintai selainnya, maka hal itu didasari cinta karenanya; atau disebabkan sesuatu itu sebagai sarana untuk mendekatkan kepada rabbnya dalam mencintainya; atau dikarenakan ia adalah pemutus dari perkara perkara yang di haramkan Allah Subhaanahu Wa Ta’alaa”
Ukhty…
Dapatkah anti mengambil hikmah dari perkataan indah seorang imam yang jauh lebih dahulu merasakan manis dan pahitnya cinta itu? Yah dikatakan cinta itu manis semanis madu atau lebih dari itu jika cinta kita berlandaskan keimanan dan ketaqwaan kepada sang maha pemilik cinta, atau sebaliknya bisa jadi dikatakan pahit sepahit empedu atau lebih dari itu jika gerbang kehancuran lah yang kita tuju dalam Merealisasian cinta!!! ( Allahu Musta’an )
Ukhty…
Tahukan anti???... ternyata cinta itu fitrah, hal yang berkaitan dengan fitrah itu tak akan pernah bisa hilang dalam diri seorang insan. Jika Fitrah itu di arahkan kejalan yang benar lagi diridhoi in sya.allah keselamatan dan ketentraman hatilah yang akan diperoleh darinya, fitrah cinta yang selalu dijaga dan terjaga dari hal hal yang akan merusak kesucian  fitrah itu jauh lebih mulia di hadapan allah dari pada mengumbarkan cinta sekalipun itu fitrah!!! Yang jadi pertanyaan apakah boleh kita mencintai dan berharap menjadi kekasih halalnya jika itu memang fitrahnya manusia sebagai insan yang memilki rasa???...
Ukhty…
Sesungguhnya Allah ‘Azza Wa jalla lebih mengetahui tentang apa yang ada dalam hati kita disebutkan dalam surat Qaf ayat ke-16 bahwasanya Allah ‘Azza Wa jalla berfirman : “ Dan sungguh kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikan hatinya, dan kami lebih dekat kepada-Nya daripada urat lehernya”. Sungguh memang maha besar Allah dengan segala karunia yang diberikan kepada setiap makhluknya, tidak ada satupun yang luput dari penglihatan, pendengaran dan pengawasan Allah ‘Azza Wa Jalla. Termasuk dengan permasalahan hati kita; siapa yang tahu apa yang anti sedang rasakan, apa yang sedang ana rasakan saat ini kecuali Allah ‘Azza Wa Jalla sajalah yang mengetahui baik buruknya. Hasbunallah wa Ni’mal Wakiil__
UKhty…
Syaik Abdul mahfudz bin Ahmad al-Kaluwadzani Rahimahullah sorang ulama terkemuka dari madzhab hanbali pernah ditanya tentang : “apakah yang harus dilakukan seorang pria yang dimanapun, kapanpun hatta tatkala sedang menunaikan ‘ibadah shalat, dia selalu terbayangkan wajah wanita jelita yang selalu terlintas dalam pikirannya???...
Maka syaikh rahimahullah menjawab : “ sesungguhnya wanita yang telah menimbulkan  “FITNAH” dalam ibadahnya, adalah gadis pemalu yang cantik, baik akhlaknya dan luhur budi pekertinya sehingga pemuda tersebut tertarik kepadanya. Namun, jika dia bertaubat dan meneruskan ibadahnya serta selalu senantiasa BerIstiqamah di dalam kebaikan niscaya rahmat dan Maghfirah Allah senantiasa meliputi pemuda tersebut”
Ukhty…
Sesungguhnya kesalahan masa lalu kita sudah jelas termaktub rapih dalam catatan amal baik dan buruk kita di ‘iliyyin dan sijjin ( Waiyya dzubillah ) namun, tatkala Imam ghazali ditanya oleh salah seorang muridnya perihal sesuatu hal yang paling jauh dan paling dekat dengan kita maka Imam ghazali rahimahullah menjawab “masa lalu dan kematian” sudahlah kita ambil hikmah dari kehidupan masalalu kita, dan optimis melangkah kedepan untuk mempersiapkan kematian yang entah kapan akan tiba masanya!!! Bukankah dalam hadist disebutkan kebaikan itu menghapus kesalahan-kesalahan kita? Kebaikan yang di dawwamkan, kebaikan yang di istiqamahkan meskipun seuatu hal baik yang kecil… bagaimanapun A’id al-Qarni rahimahullah mengatakan dalam bukunya “Laa Tahzan” bahwa kita hanya akan hidup hari ini saja bukan kemarin yang sudah berlalu, usang dan mati, ataupun esok hari yang masih misteri dan fatamorgana!!! Allahu akbar, allahu akbar…
Ukhty…
Laa tahzanii yaa ukhty fillah, engkau adalah sebaik-baiknya mar’ah jika engkau sanggup beriffah dan senantiasa istiqamah, engkau adalah semuliyanya wanita jika engkau sanggup bersabar dalam mengemban misi dakwah ini,engkau adalah sebaikbaiknya generasi ghuraba jika engkau tetap berada dalam sunnah salafusshaalih, engkau yah engkau adalah insan pilihan allah yang telah di berikan semua amanah itu, untuk engkau jaga dan engkau bagikan ilmunya kepada akhwat yang tidak seberuntung anti, allahu musta’an yaa rabbi ij’alhaa minasshaabiraat…
Ukhty…
Ada yang berkata : “ Menahan pandangan lebih ringan dibandingkan menahan hati dari memikirkan hal yang semu yang berujung penyesalan yang terus berlangsung”. Andaikan kemaksiatan itu memiliki ratusan atau ribuan pintu maka salah satu dari pintu kemaksiatan itu adalah “bisikan jiwa”. Yah bisikan jiwa yang permasalahannya lebih rumit karena ia merupakan pintu pembuka gerbang kebaikan dan keburukan. Bisikan jiwa melahirkan keinginan dan tekad. Maka dari itu, barang siapa yang sanggup menjaga bisikan jiwanya niscaya ia mampu mengendalikan diri dan mengekang hawa nafsunya dari hal-hal yang di haramkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta’alaa.
Sebaliknya Ukhty Fillah… siapa yang dikalahkan oleh bisikan jiwanya pastilah ia akan tunduk kepada jiwa dan hawa nafsunya. Bahkan barangsiapa yang meremehkan bisikan jiwanya maka bisikan tersebut akan menggiringnya secara paksa menuju kebinasaan. Sungguh bisikan itu akan senantiasa mendatangi hati sehingga menjadi angan-angan semu.
Ukhty…
Tahukah engkau bahwa manusia yang paling rendah tekad dan jiwanya adalah orang yang lebih meridhai angan-angan semu dibandingkan kenyataan. Ia mengambil angan-angan semu tersebut dan menjadikannya hiasan. Padahal. Demi Allah, itu merupakan modal bagi orang-orang yang bangkrut dagangannya, galau hatinya, kosong jiwanya serta menjadikan dirinya merasa cukup dengan khayalan dan angan-angan belaka dari pada realita dan kenyataan.
Sungguh angan-angan yang paling indah jika ia menjadi kenyataan, namun jika tidak, maka sungguh kita pernah hidup bahagia dengannya pada suatu masa saja tidak lebih hanya sekedar fatamorgana dalam oase khayalan yang tinggi.
Ukhty…
Keinginan-Mu, Keinginan ana pribadi, dan keinginan semua orang adalah sama. Yaitu menginginkan pasangan yang terbaik untuk dirinya kelak! Tapi… kapankah detik detik sakral itu akan datang? Dengan siapakah kita berjodoh? Seperti apa kondisi seseorang yang akan menjadi suami/istri kita kelak? Haruskah kita mencarinya atau dia akan datang dengan sendirinya seperti paket yang kita pesan, yang bedanya untuk masalah jodoh kita langsung pesan hanya kepada Allah? Haruskah kita menanti atau berharap untuk seseorang yang belum pasti dia berjodoh dengan kita kelak? Haruskah…haruskah aaahhh…blab la bla ( Nastaghfirullah Wa Natuubu Ilaihi )
Ukhty…
Sesungguhnya bukanlah sebuah angan-angan jika ditunjukan dengan keseriusan yang pasti, keseriusan yang bukan hanya di lafalkan melalui janji ataupun mendatangi wali. Namun, kita teringat pada sebuah hadist dari abu hurairah bahwasannya rasulullah shallallahu ‘alahi wassallam bersabda : “Berdo’alah kepada Allah dengan keyakinan bahwa do’a kalian akan terkabul, sesungguhnya Allah tidak mengabulkan do’a dari hati yang lalay dan tidak serius ( HR. Al Hakim fii kitab al-Mustadrak )
Serius ya serius berdo’a dan menggantungkan semua harapannya hanya kepada Allah saja. Mengikhtiyarkan diri di jalan yang sesuai dengan syari’at dengan terus mempersiapkan diri agar layak menjadi seorang pendamping yang baik di mata Allah.
Ukhty…
Kita Serahkan semuanya kepada Allah saja!!! Bagaimanapun hasil yang kita dapatkan melalui ikhtiyar yang benar in sya.allah itu merupakan jalan dan cara yang terbaik yang kita peroleh, serta sepertiapapun kondisi pasangan kita kelak dengan kuatnya Do’a dan harapan yang kita panjatkan serta penantian di penghujung Asa in sya.allah dialah pasangan yang terrrrrbaaik dari Allah untuk kita. In sya.Allah :’)
Ukhty…
Dalam kitab sunan ibnu majah ana menemukan sebuah hadist yang diriwayatkan secara marfu dari al-Hakim yang artinya ; “Tidak pernah ditemukan pada dua orang yang saling mencintai sesuatu hal yang lebih indah dari pernikahan”. Menikahi orang yang dicintai merupakan obat kasmaran, Allah menjadikan pernikahan sebagai obat mabuk asmara, baik secara Takdir maupun syari’at.
Ada hadist yang menarik yang yang diriwayatkan oleh Iman Bukhari yang tertulis dalam kitab az-Zuhd karangan Imam Ahmad rahimakumullah menjelaskan bahwa rasulullah bersabda : “ aku bisa menahan diri dari makanan dan minuman, namun tidak bisa menahan diri dari wanita”
Musuh-musuh Allah, diantaranya kaum yahudi, hasad kepada rasulullah dalam hal ini. Mereka berkata; “ keinginan rasulullah hanya menikah!!” maka dari itu, Allah Subhanahu Wa Ta’alaa membela Rasulnya dan berfirman dalam surat An-Nisaa’ ayat 54. Bisa dilihat sendiri dengan tafsir sebgai berikut;
Bukan kah nabi Ibrahim Shallallahu ‘alaihi wasallam seorang pemimpin dari orang-orang hanif; disisinya beliau terdapat sarah, wanita tercantik di dunia, namun beliau juga mencintai hajar?.
Lihatlah nabi dawud ‘alahis salam pemilik 99 wanita, namun beliau masih mencintai seorang lagi; lalu menikahinya sehingga sempurnalah seratus wanita?
Kemudian nabi Sulaiman yang menggilir 90 istrinya dalam satu malam ( HR. Muslim )
Dan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah ditanya tentang manusia yang paling dicintainya. Beliaupun menjawab; “Aisyah” dan diriwayat lain beliaupun berkata tentang Khadijah: “aku diberi rizki berupa kecintaan terhadapnya”  ( HR. Bukhari )
Bukan kah mereka itu kesemuanya para wanita shalihat? Yang sanggup mencairkan kebekuan di dalam rongga dada seorang ikhwan… yang sanggup melunakan kekerasan yang menjadi karakter tabi’at seorang ikhwan ma’rufnya!!!...
Ukhty…
Mencintai wanita bagi ikhwan termasuk kesempurnaan seorang manusia. Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhumaa berkata : “ sebaik-baik ummat ini adalah yang paling banyak istrinya” ( HR. Bukhari ) maksudnya rasa cinta terhadap lawan jenis termasuk kedalam kategori fitrah insaniyyah, merupakan hal yang wajar jika seorang ikhwan mencintai seorang akhwat yang disukainya…
Dalam surat an-nisaa’ ayat ke-3 Allah berfirman; “ maka nikahilah perempuan yang kamu sukai ( senangi )… “ dasar ayat inilah yang memperkuat fitrah cinta bagi kaum adam yang konteks tafsir ayatnya terkandung makna selektifitas dalam memilih pasangan hidup. Maksudnya, jika engkau menyenangi seorang perempuan karena kecantikan fisik, akhlak, agama, nasab dan apapun yang membuatmu tentram tatkala memandanginya maka halalkanlah ( Nikahilah ) iya, dalam artian nikahilah seseorang yang kamu “senangi” bukan sebaliknya… Wallahu a’lam bis Shawaab.
Ada kisah yang menarik yang pernah dilakukan Nabi shallallahu ‘alihi wasallam, beliau pernah menolong seorang pria yang tengah kasmaran agar wanita yang dia cintainya mau menikah dengannya, tetapi wanita tersebut menolak. Hal ini terjadi pada kisah Mughits dan Barirah. Suatu ketika, Nabi melihat Mughits berjalan sambil mengucurkan air matanya di belakang barirah setelah keduanya berpisah. Makan nabipun bertanya kepada Barirah: “maukah kau menikah dengannya?” “Apakah engkau memberi perintah kepadaku , wahai Rasulallah?” Tanya Barirah. “Tidak!!!, aku hanya sekedar memberi saran,” jawab rasulallah. “ Aku tidak mencintainya dan tidak membutuhkannya lagi” tegas Barirah.
Setelah kejadian itu, rasulullah berkata kepada pamannya: “Wahai ‘Abbas, Tidakkah kau heran dengan kecintaan Mughits kepada Barirah?; padahal Barirah sangat membencinya? ( Shahih Bukhari no.5280 )
Rasulullah tidak mengingkari kecintaan Mughits kepada Barirah meskipun dia sudah berpisah dengannya. Sebab, rasa cinta tersebut bukanlah perkara yang dapat di kendalikan oleh Mughits.
Semoga kita dapat mengambil Hikmah dari kisah tersebut, intinya adalah Allah menjadikan wanita sebagai sumber ketentraman pria. Hatinya cenderung dan merasa tentram bersamanya sehingga Allah menghadirkan cinta yang murni diantara keduanya, yaitu cinta dan yang dibarengi dengan kasih sayang. Bukankah Allah berfirman dalam surah Ar-Ruum ayat ke 21 yang berbunyi : “ Dan diantara tanda-tanda kekuasaanya ialah dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikanya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir”
Ukhty…
Barang siapa yang sedang kasmaran kemudian ia menjaga kehormatan dirinya ( beriffah ) maka sesungguhnya hal itu lebih menyelamatkan dirinya dari kehancuran dan kebinasaan.
Ukhty…
Sesungguhnya bibir ini terlampau kelu untuk mengatakan perihal yang sebenarnya yang diinginkan hati ini. Namun, apa daya diri ini hanyalah seorang insan biasa yang tak pernah luput dari kesalahan hati dan rasa, menolakpun hanya menyisakan sebuah luka dihati yang tak kunjung terobati kecuali teringat nama di balik nama yang sering ku selipkan di balik untayan do’a pengharapan yang terus berlanjut menyisakan sebuah penantian di balik penantian yang membutuhkan sebuah kepastian hati untuk melangkah ke jenjang yang lebih Allah ridhai…

( Ya Allah Innii as.aluka hubbaka wa hubba man yuhibbuka )

Ya Rabbii sesungguhnya aku menginginkan cinta darimu dan cinta dari orang-orang yang mencintaimu…
Wassalamu’alaykum warahmatullahi wa barakaatuh…
Yang menanti sebuah jawaban dan kepastian…
@TitikTiga

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Copyright © 2025 Labirin As-Sundawy - Date A Live - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -